Ada
pemahaman yang berkembang tentang hasil yang diinginkan untuk pendidikan dan bagaimana
kerja dari pikiran siswa serta mengapa mereka memiliki kesulitan belajar mata
pelajaran seperti fisika. Percobaan beberapa tahun terakhir dengan sistem
pembelajaran terbaru menunjukkan bahwa kita dapat berbuat lebih baik dalam
membantu pikiran mereka untuk memperoleh beberapa hasil yang diinginkan.
Gambaran Sistem Pendidikan
Tiga
tujuan penting dalam pendidikan fisika, pertama, kita harus memilih pengetahuan
konseptual, keterampilan proses, dan karakter personal yang kita ingin
diperoleh siswa, yang merupakan materi pokok. Kedua, kita harus menentukan
karakteristik pikiran siswa. Yang terakhir, kita harus membangun sebuah sistem
pendidikan yang cocok dengan pikiran dan yang dicapai materi pokok.
Karakteristik dari Sumber-Hasil yang
Diinginkan Untuk Instruksi Kami
Secara
tradisional, tujuan dari seperempat atau satu semester mata pelajaran fisika
telah membantu siswa mempelajari konsep fisika dalam 10 atau 15 bab dalam
sebuah buku dan mempelajari dan menyelesaikan permasalahan pada akhir bab.
Pada
tahun 1956, Benjamin Bloom dan lainnya melaporkan sebuah upaya untuk menilai
pembelajaran siswa, yang dikenal sebagai taksonomi Bloom untuk keterampilan
kognitif. Objek berbentuk sebuah hirarki dimana keterampilan yang lebih tinggi
berada di atas level keterampilan yang lebih rendah. Meskipun mereka sering
digunakan secara bersama-sama dalam praktek nyata.
Pendidikan
tradisional kita berfokus pada level 1 (pengetahuan), sedikit yang
dideskripsikan pada level 2 (pemahaman) dan level 3 (aplikasi). Tiga kemampuan
berikutnya (analisis, sintesis, dan evaluasi) jarang diperhatikan dalam
instruksi mata pelajaran fisika kita, bahkan pada tingkat yang lebih tinggi.
Dunia
kerja merekomendasikan berbagai keterampilan, seperti pemecahan masalah, kerja
tim, dan kemampuan komunikasi yang baik. Hal ini karena tidak semua lulusan
fisika yang mengejar gelar Ph.D dan sedikit dari mereka yang menjadi profesor.
Kebanyakan dari mereka memiliki karir dibidang industri, sektor swasta otonom
seperti perusahaan kecil, perusahaan pengembangan perangkat lunak, dan
perusahaan konsultan mereka sendiri, dan bekerja dalam bidang fisika, teknik,
matematika, kimia, dan geosains pada badan yang dikelola pemerintah serta
mengajar fisika di sekolah menengah atau mengajar dan melakukan riset di
perguruan tinggi. Hanya sedikit dari pengetahuan fisika yang digunakan untuk
bidang pekerjaan tersebut.
Keterampilan
yang digunakan oleh mantan lulusan fisika tidak bisa dikembangkan jika tidak
ada dasar pengetahuannya. Tetapi isi dari pengetahuan yang mungkin kurang
penting untuk digunakan, membantu siswa belajar untuk berpikir, belajar untuk
belajar, dan mempelajari keterampilan lain yang diharapkan studi ini. Mencoba
mempelajari konsep dan menyelesaikan masalah dalam satu bab buku dalam seminggu
tidak tampak sebagai cara untuk mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan
dalam dunia kerja. Akan lebih baik jika siswa belajar suatu materi lebih
mendalam dengan jumlah topik yang sedikit.
Kita
dapat menggunakan taksonomi Bloom dan meminta penelitian tentang dunia kerja
untuk membantu memilih tujuan dari siswa mata pelajaran fisika, sains, dan
teknik. Tujuan setiap orang mungkin berbeda, tetapi diharapkan akan
menggambarkan pekerjaan yang luas diwakili oleh penelitian seperti ini.
Karakteristik pikiran dan
Kesesuaiannya
Pengetahuan
konseptual dalam pembelajaran sering kali dalam bentuk simbol yang abstrak.
Simbol memiliki makna yang tepat dan dikombinasikan dalam aturan yang harus
digunakan dengan benar. Sebaliknya, pikiran manusia menghubungkan dengan baik
gambaran-gambaran yang menekankan fitur kualitatif bukan merupakan informasi tepat yang rinci. Manusia
diakui mengikuti pola hewan yang mencoba untuk mencocokkan pengalaman baru
dengan peristiwa sebelumnya. Tetapi gambaran simbol fisika bukanlah peristiwa
sebelumnya yang umum. Manusia dapat mempelajari sebuah sistem simbol-simbol
yang abstrak.
Permulaan
siswa fisika adalah sebagai seorang anak kecil, tanpa perintah, berhasil
memperoleh makna kata-kata dan aturan untuk menggunakannya untuk berkomunikasi
dengan orang lain. Kata sangat abstrak baik dalam bentuk tulisan dan dalam
variasi intonasi yang disebabkan oleh suara mereka. Namun anak mengembangkan makna untuk beberapa kata-kata abstrak dengan menghubungkan mereka terhadap citra visual simultan benda nyata atau perilaku nyata (pengalaman
kinestetik). Kemampuan anak untuk
memperoleh bahasa baru menurun sesuai dengan usia. Otak tampaknya
membuat hubungan-hubungan dengan
cara yang membuat akuisisi ini lebih sulit. Dalam pendidikan fisika, siswa memiliki Pelajaran fisika pertama mereka baik setelah
usia ketika bahasa akuisisi lebih mudah.
Pendidikan fisika tradisional kita
sering memperkenalkan kuantitas atau konsep baru menggunakan kuantitas lainnya dan konsep dalam bentuk
simbol yang abstrak yang tidak
memiliki arti bagi siswa. Citra (rujukan) jarang digunakan ketika memperkenalkan konsep baru dan kuantitas. Siswa yang diajarkan dengan cara ini tidak sukses
pada tes yang mengukur pemahaman konseptual mereka.
Sistem
Pembelajaran yang Membantu Pikiran Mencapai Hasil yang Diinginkan
Beberapa
bagian penting dari sistem pembelajaran yang dapat membantu membuat kesesuaian dengan
pikiran, yaitu:
1. Problem solving,
merupakan keterampilan untuk menyelesaikan permasalahan kompleks dunia yang
sebenarnya. Keterampilan ini ada pada urutan teratas dari daftar keterampilan
yang sering digunakan dalam dunia kerja.
Permasalahan dunia nyata berbeda dengan
masalah yang ditemukan dalam buku teks. Permasalahan dunia nyata sulit untuk
didefinisikan karena pemecah masalah tidak menghitung kuantitas tertentu yang
tidak diketahui.
Pemecah masalah harus memutuskan apakah pengetahuan konseptual digunakan pada
beberapa masalah kecil dan informasi yang tidak diketahui yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan beberapa bagian masalah. Ini membutuhkan siswa untuk mengatur dan
mempelajari mengakses pengetahuan konseptual.
Sebaliknya permasalahan diakhir bab
meminta nilai pasti dari satu atau dua kuantitas yang tidak diketahui dan
menyediakan semua informasi yang tidak diketahui yang dibutuhkan untuk masalah
dan tidak lebih. Permasalahan ini tidak ada kemiripan dengan permasalahan dunia
yang sebenarnya.
Oleh karena itu dalam beberapa tahu
terakhir, tipe permasalahn alternatif dikembangkan untuk membantu siswa
mempelajari keterampilan lebih baik, yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
permasalahan yang sebenarnya. Sebagai contoh: Case Study Problems, Context Rich Problems, Video-Enhanced Problems,
Physlets, Synthesis Multimedia Problems, Estimation Problems, dan Experiment Problems.
2. Desain,
merupakan keterampilan yang paling sering digunakan lulusan fisika dalam dunia
kerja. Desain melibatkan sintesis pengetahuan siswa untuk menyelesaikan
beberapa tugas yang merupakan keterampilan Bloom yang berada pada level tertinggi.
3. Epistemologi
Siswa menggunakan beberapa proses sains
untuk memperoleh pemahaman fisika mereka. Mereka mengamati fenomena, membuat
penjelasan kualitatif, dan desain percobaan untuk membuktikan penjelasan
mereka. Mereka memilih kuantitas fisika untuk digunakan dalam deskripsi
kuantitatif dari fenomena tersebut dan menemukan percobaan atau hubungan
teoritis antara kuantitas ini. Mereka menggunakan landasan konsep untuk membuat
prediksi tentang hasil pembuktian percobaan yang baru. Kemudian mengaplikasikannya
untuk menganalisis permasalahan tersebut. Siswa mengembangkan keterampilan
proses investigasi yang dibutuhkan dalam dunia kerja.
4. Active Learning
Banyak penelitian mengindikasikan bahwa
pencapaian siswa meningkat ketika siswa berpartisipasi secara aktif dalam
pembelajaran, yaitu ketika mereka berinteraksi dengan rekan untuk alasan proses
fisika baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Proses berbicara dan
mendengar siswa meningkatkan pembelajaran mereka dan mudah-mudahan meningkatkan
keterampilan komunikasi.
5. Kerja
tim, merupakan kemampuan yang berpengaruh penting dalam menghasilkan pendapatan
dan produktifitas. Penelitian menemukan bahwa cooperative learning berpengaruh besar dalam pencapaian daripada pembelajaran
berbasis instruksi.
6. Learning to learn
No comments:
Post a Comment