Sains
pada umumnya ditandai dengan proses aktif dimana sesorang penasaran dengan
alam, berkontribusi pada pemahaman umat manusia tentang benda-benda atau
peristiwa di sekitar mereka. Di banyak literatur pendidikan sains inquiry di
anjurkan untuk menghasilkan proses aktif yang melibatkan pemikiran ilmiah,
investigasi, dan membangun pengetahuan.
Inquiry
adalah mencari tahu tentang sesuatu yang berpusat pada keinginan untuk menjawab
pertanyaan atau mengetahui lebih banyak tentang sebuah situasi. Penggunaannya
dalam pembelajaran sains, yaitu dimulai dengan pertanyaan tentang alam,
melibatkan siswa secara aktif, berkonsentrasi pada pengumpulan dan penggunaan
bukti, memberikan sudut pandang sejarah, menekankan ungkapan yang jelas,
menggunakan pendekatan tim, tidak memisahkan pengetahuan dengan proses mencari
tahu dan tidak menekankan untuk menghafalkan kosakata teknis.
Tujuan
dari penyelidikan ilmiah adalah untuk memahami alam dan menerapkan pemahaman
tersebut dalam masyarakat. Gagasan dan fenomena alam berpusat pada inquiry untuk memunculkan
gagasan-gagasan tersebut didorong oleh minat dan daya tarik yang diperoleh para
ilmuwan untuk memahami alam, merupakan suatu bentuk yang sederhana tentang
“apa” dan “bagaimana” memahami dunia tempat kita hidup.
Pertanyaan
“apa” kita merujuk pada “isi” pengetahuan yang dihasilkan dari aktifitas ilmiah
yang mencakup konsep, hukum-hukum, teori yang digunakan untuk menjelaskan
benda-benda dan peristiwa. Pengetahuan dan pemahaman ini merupakan tujuan besar
dari penyelidikan ilmiah. Sedangkan pertanyaan “bagaimana” merujuk pada
“proses” pengetahuan dan pemahaman itu diperoleh. Dalam pengajaran sains ada
tiga konsep lainnya selain content
yang dijelaskan di atas, yang berhubungan dengan proses, yaitu content with process yang merupakan cara
untuk merepresentasikan pengajaran sains sebagai inquiry. Konsep ini membawa
proses menemukan sesuatu ke dalam pembelajaran sehingga mencerminkan cara
penting untuk mengajar sains sebagai inquiry.
Berikutnya adalah process with content yang
lebih berfokus untuk melibatkan siswa mencari tahu tentang banyak fenomena dan
peristiwa. Tujuannya adalah untuk mendorong keterlibatan aktif siswa dan
mengajarkan siswa bagaimana menemukan. Sedangkan yang terakhir adalah a process yang dimaksudkan untuk
mengajarkan siswa keterampilan investigasi yang benar yang digunakan oleh
ilmuwan.
Ada
dua frase yang digunakan disini, yaitu mengajarkan sains sebagai inquiry dan
mengajarkan sains dengan inquiry. Perbedaannya adalah mengajarkan sains sebagai
inquiry mengharapkan siswa tertarik untuk menemukan dan tidak menghapal materi
dan kosa kata sains. Siswa belajar bagaimana belajar dan menemukan jawaban dari
pertanyaannya sendiri.
Sedangkan
mengajarkan sains dengan inquiry
mengharapkan siswa memahami bagaimana pengetahuan dihasilkan dari interpretasi
data, memahami bahwa memang interpretasi data bahkan mencari data hasil yang
berdasarkan konsep-konsep dan asumsi bahwa perubahan sebagai pertumbuhan
pengetahuan kita, kemudian karena perubahan prinsip dan konsep, pengetahuan
selalu berubah, dan perubahan pengetahuan tersebut adalah dengan alasan yang
baik karena kita dapat mengetahui lebih baik dan lebih banyak dari apa yang
kita ketahui sebelumnya.
Guru
sains memiliki banyak sekali strategi dan tehnik dalam mengajar. Salah satu
yang bisa dipertimbangkan adalah instruksi berbasis inquiry yang terdiri atas mengajukan pertanyaan, keterampilan
proses sains, discrepant events,
aktifitas induktif, aktifitas deduktif, mengumpulkan informasi, memecahkan
masalah, dan proyek sains.
Mengajukan
pertanyaan yang tepat sangat penting dalam menginvestigasi sesuatu. Pertanyaan
dapat melibatkan pemikiran dan berorientasi pada aktifitas mental untuk
mencapai suatu pemaknaan atau disesuaikan pada taksonomi Bloom yang mencakup
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Salah satu
tehnik yang dapat digunakan guru sains adalah menuliskan sebuah pertanyaan yang
dapat membimbing siswa kepada suatu pemahaman di papan tulis dan kemudian
dijawab oleh siswa.
Keterampilan
proses sains mencakup observasi, klasifikasi, inferensi, pengukuran,
menggunakan data, prediksi, mendefinisikan secara operasional, membentuk model,
mengontrol variabel, menginterpretasi data, hipotesis dan melakukan eksperimen.
Keterampilan ini seharusnya dapat menghasilkan literasi sains pada siswa.
Ketika
discrepant events diberikan pada
siswa, akan menyebabkan mereka bertanya-tanya mengapa peristiwa tersebut
terjadi seperti itu. Situasi ini membiarkan mereka bingung untuk menjelaskan
apa yang telah terjadi.
Guru sains harus mendorong siswa di banyak titik selama
proses penyelidikan untuk memperoleh informasi dari berbagai sumber seperti membaca
materi cetak, mencari informasi dari individu atau mengakses informasi dari
internet. Pengumpulan informasi dapat terjadi selama fase penerapan siklus
belajar, misalnya, ketika siswa ditugaskan untuk membaca tentang topik. Membaca
artikel dan membaca buku pelajaran yang sesuai pada saat. Dalam kasus lain,
guru dapat meminta siswa untuk membawa kliping koran tentang suatu topik atau
mencari informasi di internet.
Pendekatan Pemecahan masalah berpotensi untuk melibatkan para
siswa dalam penyelidikan otentik, mengembangkan keterampilan penyelidikan
mereka, dan mengarahkan pada pemahaman yang lebih kuat dari isi yang diteliti.
Strategi ini dapat memberikan siswa perasaan untuk melakukan penyelidikan
ilmiah. Mereka mengajukan pertanyaan, prosedur rencana, mengumpulkan informasi,
dan bentuk kesimpulan. Pengalaman-pengalaman belajar bisa dalam durasi pendek
atau panjang, membutuhkan beberapa bulan untuk diselesaikan. Pendekatan ini
bukan jenis kegiatan yang mengarahkan siswa untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan di akhir bab buku teks atau memasukkan angka ke dalam
rumus untuk menghitung jawaban tetapi merupakan kegiatan pembelajaran dengan
cara mengumpulkan pertanyaan, merencanakan cara yang tepat, mengumpulkan
informasi, dan membuat kesimpulan.
Proyek sains mengharapkan siswa mengidentifikasi topik untuk
belajar, mengusulkan pertanyaan yang harus dijawab, menetapkan prosedur untuk
melaksanakan proyek, mengumpulkan informasi dan data, menyajikan hasil, dan
membentuk kesimpulan. Proyek-proyek ini memerlukan banyak usaha dari siswa,
serta bimbingan dari para guru dan orang tua. Sebuah proyek sains dapat
dilakukan secara individual, oleh sepasang mahasiswa, oleh sekelompok siswa,
atau dengan seluruh kelas. Proyek sains harus menjadi komponen umum dari semua
program ilmu pengetahuan, apakah mereka terikat
dengan kompetisi ilmu yang adil. Proyek sains memiliki banyak bentuk
seperti hobi atau hewan peliharaan, menunjukkan fenomena alam, model, laporan
dan poster, penggunaan laboratorium, studi observasi dan studi eksperimen.
Menempatkan siswa bekerja dalam masalah atau melakukan
investigasi adalah praktek yang didukung oleh penelitian untuk menemukan dan
juga observasi kelas yang efektif bagi guru sains. Bekerja dalam grup yang
dinamis dapat merangsang dan mendukung penyelidikan di banyak situasi dan lebih
baik daripada bekerja sendiri. Bekerja dalam grup tidak hanya dapat menambah
kemampuan menyelesaikan masalah bagi siswa tetapi juga dapat memperbaiki perkembangan
konsep. Siswa menemukan banyak sekali arti pelajaran sains, ketika pengetahuan
mereka dibangun secara produktif, dalam kelompok kecil dan bekerjasama.
Agar lebih
efektif, guru sains biasanya sering membentuk kelompok dan memberikan tugas
kepada siswa serta memfasilitasi dengan pembelajaran berbasis inkuiri.
Pendekatan ini tampak menambah keterlibatan siswa dalam lingkungan belajar.
siswa dapat menggunakanya ketika mendapatkan tugas khusus, mereka akan memiliki
petunjuk lebih dan akan senang dalam pembelajaran mereka sendiri. Teknik
penggrupan dan tugas dapat berguna untuk memanajemen strategi untuk mengubah
perintah guru dari mengeluarkan informasi menjadi pengelola pembelajaran
langsung yang mana menjaga siswa menjadi lebih produktif dengan msalah kecil.
Mengelompokan
dan memberikan peran memfasilitasi pembelajaran bekerjasama dan menangkap
potensi untuk menghasilkan hasil pembelajaran yang penting. Macam-macam peran
yang dapat diberikan kepada siswa untuk bekerja dalam kelompok kecil seperti pemimpin
yang mengatur dan menjaga langkah-langkah penyelidikan, manajer yang
mengumpulkan dan memelihara bahan-bahan dan peralatan, pencatat yang mencatat
data dan mencari informasi, reporter yang mempersiapkan penulisan laporan.
Namun, kesuksesan pembelajaran kooperatif sangat ditentukan oleh bakat,
kedewasaan, dan kedisiplinan siswa.
Sebelum kita menerapkan inquiry
dalam pembelajaran ada hal-hal yang perlu diperhatikan terkait dengan
pengajaran berbasis inkuiri, yaitu guru sains harus mengembangkan gambaran yang
jelas dari sains berbasis inquiry dan
bisa menjelaskannya kepada pengelola dan orang tua. Gambaran ini harus
memperlihatkan bagaimana isi dan proses yang diseimbangkan dengan memberikan
hasil pendidikan yang ilmiah yang didukung oleh sekolah, daerah, kabupaten dan
negara.
Pengajaran investigasi ini juga membutuhkan waktu lebih banyak
dibandingkan mengajar sains semata-mata hanya untuk menghapal isi pengetahuan
saja. Guru menyediakan alat dan bahan, oleh karena itu, ini membutuhkan
komitmen guru terhadap waktu, usaha serta uang. Pembelajaran ini membutuhkan
fasilitas sedangkan banyak sekolah tidak memiliki fasilitas yang baik, membuat
hal ini sulit untuk diterapkan di kelas yang luas dengan siswa yang banyak. Dan
perlu diingat juga bahwa istilah-istilah sains penting untuk seluruh siswa
pendidikan sains. Nama memberikan arti terhadap konsep dan penting untuk
komunikasi yang baik.
Kemudian melakukan hand-on
activities yang memberikan peranan penting untuk membawa siswa dalam
pembelajaran sains. Bagaimanapun, aktivitas ini tidak memastikan bahwa siswa
belajar ilmu pengetahuan dan kemampuan yang diteliti. Yang berikutnya adalah cakupan
kurikulum. Daerah memberikan isi cakupan kurikulum yang sangat luas, dan ini
tidak memungkinkan untuk melaksanakan pengajaran inkuiri. Dan yang terakhir
adalah disiplin.
No comments:
Post a Comment