Pengantar
Dalam
kehidupan sehari-hari, kita membagi waktu menjadi masa lalu, masa kini dan masa
depan. Kita mempersepsikan bahwa waktu itu mengalir, yaitu: bahwa masa lalu
telah tetap, masa depan tidak bisa dipastikan dan kehidupan di masa ini adalah
sebuah realita. Ketika kita menanyakan tentang apa itu waktu? Kita sebenarnya
tidak tahu jawaban yang tepat untuk pertanyaan tersebut. Yang kita tahu bahwa
waktu adalah sesuatu yang ditunjukkan oleh jam. Secara matematis ia adalah
ruang satu dimensi yang biasanya diasumsikan berkesinambungan walaupun bisa
diquantisasikan menjadi “chronon-chronon”
(unit waktu terkecil) tersendiri, seperti frame-frame sebuah film.
Konsep
waktu diperlukan ketika kita bertanya tentang kronologis suatu peristiwa dan
durasinya. Hidup manusia dipenuhi dengan peristiwa-peristiwa yang beragam
jenisnya sehingga waktu memiliki tanda atau simbol pada semua aspek kehidupan.
Beberapa contohnya seperti proses penuaan secara biologis, ketepatan waktu
dalam mekanika, serta variasi waktu psikis yang dirasakan seseorang ketika
menunggu sesuatu atau peristiwa. Oleh karena itu, waktu diperlukan untuk
memahami realitas pada berbagai bidang yang terkait erat dengan fisika,
biologi, psikologi dan kosmologi. Akurasi ketepatan waktu menjadi sangat
penting untuk menjadi acuan bagi gerakan-gerakan yang sangat rumit, misalnya
berbagai bagian mesin, karena diperlukan sistem kerja sama secara koheren.
Pentingnya peristiwa waktu di bumi dan di ruang angkasa telah disempurnakan
oleh mesin yang mengukur kecepatan waktu seperti jam elektronik, jam atom dan
pulsar yang memancarkan gelombang radio pendek secara berkala dengan presisi
sangat tinggi.
Waktu
Sejak
masa Homer, kata chronos yang berasal
dari bahasa Yunani digunakan untuk merujuk kepada waktu. Plato menganggap waktu
dibuat dengan dunia, sementara Aristoteles berpandangan bahwa dunia diciptakan
dalam waktu yang merupakan perluasan tak terbatas dan berkesinambungan. Plato
mengatakan, “Waktu muncul bersama-sama dengan surga, karena keduanya menjadi
secara bersamaan.” Aristoteles percaya bahwa proposisi Plato memerlukan titik
waktu sebagai awal waktu yang memiliki waktu sebelumnya. Gagasan ini tak
terbayangkan bagi Aristoteles sesuai dengan pendapat Demokritus mengenai konsep
waktu tak diciptakan dan mengatakan: “Jika waktu adalah gerakan abadi, maka ia
juga harus abadi karena waktu adalah anggota gerak. Mayoritas filsuf, kecuali
Plato, menegaskan keabadian waktu. Waktu tidak memiliki batas (awal atau
akhir), dan setiap saat adalah awal dari waktu masa depan dan akhir dari masa
lalu.”
Waktu
menurut Aristoteles adalah kontinum, dan selalu dikaitkan dengan gerakan,
dengan demikian tidak dapat memiliki awal. Di sisi lain, Plato menganggap waktu
sebagai gerakan melingkar dari langit, sedangkan Aristoteles mengatakan bahwa
itu bukan gerakan waktu melainkan ukuran gerak. Aristoteles jelas menghubungkan
waktu rasional dan gerakan, tetapi di sini masalah timbul karena waktu adalah
seragam, sementara beberapa gerakan ada yang cepat dan lambat. Jadi, kita
mengukur gerak oleh waktu karena seragam—jika tidak demikian maka tidak dapat
dikatakan sebagai ukuran. Di sisi lain, Aristoteles menganggap waktu sebagai
khayalan karena itu adalah masa lalu atau masa depan dan keduanya tidak ada,
sementara saat ini bukan bagian dari waktu karena tidak memiliki ekstensi.
Ibn
Arabi sependapat dengan pendapat Aristoteles bahwa waktu tak berujung dan ia
adalah ukuran gerak, tetapi Ibn Arabi tidak menganggap waktu bersifat kontinum.
Di sisi lain, Ibn Arabi setuju dengan Plato bahwa waktu diciptakan dengan
dunia. Bahkan Plato menganggap waktu telah diciptakan, tetapi Aristoteles
menolak pendapat ini karena ia tidak bisa membayangkan titik awal untuk dunia
maupun waktu.
Setelah
teori Relativitas Umum pada tahun 1915 muncul, yang memperkenalkan ide “waktu
melengkung”, kita membayangkan waktu yang terbatas tetapi kelengkungan waktu
sebagai tanda memiliki awal. Dengan hal ini, kita bisa menggabungkan pandangan
Plato dan Aristoteles yang berlawanan.
Sifat Waktu
Waktu merupakan dimensi keempat setelah dimensi ruang, namun
ia tidak identik dengan ruang. Dimensi waktu adalah dimensi yang unik karena
hanya memiliki satu arah. Jadi, kita hanya dapat bergerak
maju, tidak bisa mundur. Kenyataan ini memiliki implikasi yang mendalam yang
berkaitan dengan kausalitas, yaitu hukum sebab dan akibat.
Artinya, penyebab harus mendahului akibat dan tidak
boleh sebaliknya. Ketakterbalikan (irreversibility)
waktu diadopsi melalui konsep entropi. Dari hukum kedua termodinamika kita
akan mengetahui bahwa entropi atau gangguan di alam semesta selalu meningkat,
tidak pernah dapat menurun. Artinya, cangkir
yang jatuh dan pecah tidak akan pernah dapat
dikembalikan ke kondisi semula, dengan setiap atom di tempat
sama seperti semula. Untuk setiap sistem, gangguan selalu meningkat.
Peningkatan entropi adalah searah sama
seperti kesearahan waktu.
Aliran Waktu
Albert
Einstein mengungkapkan bahwa masa lalu, masa kini dan masa depan hanyalah ilusi
sekalipun ilusi yang keras. Pernyataan itu merupakan kesimpulannya yang berasal
langsung dari teori relativitas khususnya yang menolak makna mutlak universal
pada momen masa kini. Menurut teori tersebut, keserentakan adalah relatif. Dua
peristiwa yang terjadi pada momen yang sama jika diamati dari suatu kerangka
acuan bisa terjadi pada momen yang berbeda jika dipandang dari kerangka acuan
yang lain.
Pertanyaan
sederhana seperti “apa yang sedang berlangsung di Mars pada saat ini?” tidak
mempunyai jawaban yang pasti. Bumi dan Mars terpisah sampai kira-kira 20 menit
cahaya. Informasi tidak dapat berjalan lebih cepat dari cahaya, oleh karena itu
pengamat di bumi tidak bisa mengetahui situasi di Mars pada saat itu juga. Dia harus
menyimpulkan jawabannya seusai peristiwa, setelah cahaya mempunyai kesempatan
melintas di antara kedua planet ini. Peristiwa masa lalu yang disimpulkan akan
berbeda-beda tergantung pada kecepatan pengamat. Contoh, selama suatu ekspedisi
berawak ke Mars di zaman mendatang, para pengawas misi di Bumi berkata “saya
penasaran apa yang sedang dilakukan komandan Jones di Alpha Base saat ini?”
sambil menatap jam mereka dan melihat bahwa waktu menunjukkan pukul 12.00 siang
di Mars, maka jawaban mereka mungkin adalah “sedang makan siang”. Tetapi
seorang astronot yang membumbung jauh dari bumi dengan kecepatan cahaya pada
saat itu juga mungkin mengatakan, sambil menatap jamnya, bahwa waktu di Mars
pukul 12.00 siang lebih atau kurang, tergantung arah gerakan dia. Jawaban
astronot terhadap pertanyaan mengenai aktivitas komandan Jones tersebut akan
berupa “memasak makan siang” atau “mencuci piring”. Ketidakselarasan semacam
itu membuat kita meragukan tentang status khusus kepada momen masa kini, karena
kita tidak tahu “sekarang”nya siapa yang dimaksud dalam momen tersebut. Oleh
karena itu, fisikawan lebih suka menganggap waktu sebagai sesuatu yang
terbentang secara keseluruhannya yang disebut timescape, serupa dengan landscape,
dengan semua peristiwa masa lalu dan masa depan yang bertempat di sana secara
bersama-sama. Semua proses secara sistematis akan mengubah peristiwa masa depan
menjadi peristiwa masa ini, kemudian masa lalu. Gagasan ini disebut sebagai block time.
Kesimpulan
Waktu
adalah sesuatu yang ditunjukkan oleh jam. Konsep waktu diperlukan ketika kita
bertanya tentang kronologis suatu peristiwa dan durasinya. Waktu juga merupakan
dimensi keempat setelah ruang. Dimensi waktu hanya memiliki satu arah, yaitu
maju, tidak pernah mundur. Kesearahan waktu ini diadopsi melalui konsep entropi
dimana derajat ketidakteraturan alam semesta selalu meningkat.
Kita
sering menganggap bahwa waktu itu mengalir. Namun Einstein mengungkapkan bahwa
masa lalu, masa kini dan masa depan hanyalah ilusi sekalipun ilusi yang keras. Ketidakselarasan
waktu yang tampak bagi pengamat yang berbeda berdasarkan teori relativitas
khususnya membuat kita meragukan tentang status khusus kepada momen masa kini,
karena kita tidak tahu “sekarang”nya siapa yang dimaksud dalam momen tersebut.
Oleh karena itu, fisikawan lebih suka menganggap waktu sebagai sesuatu yang
terbentang secara keseluruhannya yang disebut timescape dengan semua peristiwa masa lalu dan masa depan yang
bertempat di sana secara bersama-sama. Semua proses secara sistematis akan
mengubah peristiwa masa depan menjadi peristiwa masa ini, kemudian masa lalu.
Daftar Rujukan
No comments:
Post a Comment