Friday, May 1, 2015

Apa itu waktu?

Pengantar
Dalam kehidupan sehari-hari, kita membagi waktu menjadi masa lalu, masa kini dan masa depan. Kita mempersepsikan bahwa waktu itu mengalir, yaitu: bahwa masa lalu telah tetap, masa depan tidak bisa dipastikan dan kehidupan di masa ini adalah sebuah realita. Ketika kita menanyakan tentang apa itu waktu? Kita sebenarnya tidak tahu jawaban yang tepat untuk pertanyaan tersebut. Yang kita tahu bahwa waktu adalah sesuatu yang ditunjukkan oleh jam. Secara matematis ia adalah ruang satu dimensi yang biasanya diasumsikan berkesinambungan walaupun bisa diquantisasikan menjadi “chronon-chronon” (unit waktu terkecil) tersendiri, seperti frame-frame sebuah film.
Konsep waktu diperlukan ketika kita bertanya tentang kronologis suatu peristiwa dan durasinya. Hidup manusia dipenuhi dengan peristiwa-peristiwa yang beragam jenisnya sehingga waktu memiliki tanda atau simbol pada semua aspek kehidupan. Beberapa contohnya seperti proses penuaan secara biologis, ketepatan waktu dalam mekanika, serta variasi waktu psikis yang dirasakan seseorang ketika menunggu sesuatu atau peristiwa. Oleh karena itu, waktu diperlukan untuk memahami realitas pada berbagai bidang yang terkait erat dengan fisika, biologi, psikologi dan kosmologi. Akurasi ketepatan waktu menjadi sangat penting untuk menjadi acuan bagi gerakan-gerakan yang sangat rumit, misalnya berbagai bagian mesin, karena diperlukan sistem kerja sama secara koheren. Pentingnya peristiwa waktu di bumi dan di ruang angkasa telah disempurnakan oleh mesin yang mengukur kecepatan waktu seperti jam elektronik, jam atom dan pulsar yang memancarkan gelombang radio pendek secara berkala dengan presisi sangat tinggi.

Waktu
Sejak masa Homer, kata chronos yang berasal dari bahasa Yunani digunakan untuk merujuk kepada waktu. Plato menganggap waktu dibuat dengan dunia, sementara Aristoteles berpandangan bahwa dunia diciptakan dalam waktu yang merupakan perluasan tak terbatas dan berkesinambungan. Plato mengatakan, “Waktu muncul bersama-sama dengan surga, karena keduanya menjadi secara bersamaan.” Aristoteles percaya bahwa proposisi Plato memerlukan titik waktu sebagai awal waktu yang memiliki waktu sebelumnya. Gagasan ini tak terbayangkan bagi Aristoteles sesuai dengan pendapat Demokritus mengenai konsep waktu tak diciptakan dan mengatakan: “Jika waktu adalah gerakan abadi, maka ia juga harus abadi karena waktu adalah anggota gerak. Mayoritas filsuf, kecuali Plato, menegaskan keabadian waktu. Waktu tidak memiliki batas (awal atau akhir), dan setiap saat adalah awal dari waktu masa depan dan akhir dari masa lalu.”
Waktu menurut Aristoteles adalah kontinum, dan selalu dikaitkan dengan gerakan, dengan demikian tidak dapat memiliki awal. Di sisi lain, Plato menganggap waktu sebagai gerakan melingkar dari langit, sedangkan Aristoteles mengatakan bahwa itu bukan gerakan waktu melainkan ukuran gerak. Aristoteles jelas menghubungkan waktu rasional dan gerakan, tetapi di sini masalah timbul karena waktu adalah seragam, sementara beberapa gerakan ada yang cepat dan lambat. Jadi, kita mengukur gerak oleh waktu karena seragam—jika tidak demikian maka tidak dapat dikatakan sebagai ukuran. Di sisi lain, Aristoteles menganggap waktu sebagai khayalan karena itu adalah masa lalu atau masa depan dan keduanya tidak ada, sementara saat ini bukan bagian dari waktu karena tidak memiliki ekstensi.
Ibn Arabi sependapat dengan pendapat Aristoteles bahwa waktu tak berujung dan ia adalah ukuran gerak, tetapi Ibn Arabi tidak menganggap waktu bersifat kontinum. Di sisi lain, Ibn Arabi setuju dengan Plato bahwa waktu diciptakan dengan dunia. Bahkan Plato menganggap waktu telah diciptakan, tetapi Aristoteles menolak pendapat ini karena ia tidak bisa membayangkan titik awal untuk dunia maupun waktu.
Setelah teori Relativitas Umum pada tahun 1915 muncul, yang memperkenalkan ide “waktu melengkung”, kita membayangkan waktu yang terbatas tetapi kelengkungan waktu sebagai tanda memiliki awal. Dengan hal ini, kita bisa menggabungkan pandangan Plato dan Aristoteles yang berlawanan.

Sifat Waktu
Waktu merupakan dimensi keempat setelah dimensi ruang, namun ia tidak identik dengan ruang. Dimensi waktu adalah dimensi yang unik karena hanya memiliki satu arah. Jadi, kita hanya dapat bergerak maju, tidak bisa mundur. Kenyataan ini memiliki implikasi yang mendalam yang berkaitan dengan  kausalitas, yaitu hukum sebab dan akibat. Artinya, penyebab harus mendahului akibat dan tidak boleh sebaliknya. Ketakterbalikan (irreversibility) waktu diadopsi melalui konsep entropi. Dari hukum kedua termodinamika kita akan mengetahui bahwa entropi atau gangguan di alam semesta selalu meningkat, tidak pernah dapat menurun. Artinya, cangkir yang  jatuh  dan pecah tidak akan pernah dapat dikembalikan ke kondisi semula, dengan setiap atom di tempat sama  seperti semula. Untuk setiap sistem, gangguan selalu meningkat. Peningkatan entropi adalah searah sama seperti kesearahan waktu.

Aliran Waktu
Albert Einstein mengungkapkan bahwa masa lalu, masa kini dan masa depan hanyalah ilusi sekalipun ilusi yang keras. Pernyataan itu merupakan kesimpulannya yang berasal langsung dari teori relativitas khususnya yang menolak makna mutlak universal pada momen masa kini. Menurut teori tersebut, keserentakan adalah relatif. Dua peristiwa yang terjadi pada momen yang sama jika diamati dari suatu kerangka acuan bisa terjadi pada momen yang berbeda jika dipandang dari kerangka acuan yang lain.
Pertanyaan sederhana seperti “apa yang sedang berlangsung di Mars pada saat ini?” tidak mempunyai jawaban yang pasti. Bumi dan Mars terpisah sampai kira-kira 20 menit cahaya. Informasi tidak dapat berjalan lebih cepat dari cahaya, oleh karena itu pengamat di bumi tidak bisa mengetahui situasi di Mars pada saat itu juga. Dia harus menyimpulkan jawabannya seusai peristiwa, setelah cahaya mempunyai kesempatan melintas di antara kedua planet ini. Peristiwa masa lalu yang disimpulkan akan berbeda-beda tergantung pada kecepatan pengamat. Contoh, selama suatu ekspedisi berawak ke Mars di zaman mendatang, para pengawas misi di Bumi berkata “saya penasaran apa yang sedang dilakukan komandan Jones di Alpha Base saat ini?” sambil menatap jam mereka dan melihat bahwa waktu menunjukkan pukul 12.00 siang di Mars, maka jawaban mereka mungkin adalah “sedang makan siang”. Tetapi seorang astronot yang membumbung jauh dari bumi dengan kecepatan cahaya pada saat itu juga mungkin mengatakan, sambil menatap jamnya, bahwa waktu di Mars pukul 12.00 siang lebih atau kurang, tergantung arah gerakan dia. Jawaban astronot terhadap pertanyaan mengenai aktivitas komandan Jones tersebut akan berupa “memasak makan siang” atau “mencuci piring”. Ketidakselarasan semacam itu membuat kita meragukan tentang status khusus kepada momen masa kini, karena kita tidak tahu “sekarang”nya siapa yang dimaksud dalam momen tersebut. Oleh karena itu, fisikawan lebih suka menganggap waktu sebagai sesuatu yang terbentang secara keseluruhannya yang disebut timescape, serupa dengan landscape, dengan semua peristiwa masa lalu dan masa depan yang bertempat di sana secara bersama-sama. Semua proses secara sistematis akan mengubah peristiwa masa depan menjadi peristiwa masa ini, kemudian masa lalu. Gagasan ini disebut sebagai block time.

Kesimpulan
Waktu adalah sesuatu yang ditunjukkan oleh jam. Konsep waktu diperlukan ketika kita bertanya tentang kronologis suatu peristiwa dan durasinya. Waktu juga merupakan dimensi keempat setelah ruang. Dimensi waktu hanya memiliki satu arah, yaitu maju, tidak pernah mundur. Kesearahan waktu ini diadopsi melalui konsep entropi dimana derajat ketidakteraturan alam semesta selalu meningkat.
Kita sering menganggap bahwa waktu itu mengalir. Namun Einstein mengungkapkan bahwa masa lalu, masa kini dan masa depan hanyalah ilusi sekalipun ilusi yang keras. Ketidakselarasan waktu yang tampak bagi pengamat yang berbeda berdasarkan teori relativitas khususnya membuat kita meragukan tentang status khusus kepada momen masa kini, karena kita tidak tahu “sekarang”nya siapa yang dimaksud dalam momen tersebut. Oleh karena itu, fisikawan lebih suka menganggap waktu sebagai sesuatu yang terbentang secara keseluruhannya yang disebut timescape dengan semua peristiwa masa lalu dan masa depan yang bertempat di sana secara bersama-sama. Semua proses secara sistematis akan mengubah peristiwa masa depan menjadi peristiwa masa ini, kemudian masa lalu.

Daftar Rujukan

No comments:

Post a Comment

Featured Post

Belajar Menerima Teori Flat-Earth sebagai Kebenaran Baru

Belum lama ini saya mendapatkan kiriman dari seorang teman dunia maya mengenai flat-earth. Ah, untuk yang satu itu kok sulit bagi saya untuk...