Pendahuluan
Konsep
kelistrikan dan kemagnetan dapat kita gunakan sebagai pondasi awal dalam
mengembangkan teknologi, seperti transformator, generator dan lain-lain. Tidak
hanya itu, ternyata konsep tersebut juga dapat menjelaskan beberapa fenomena
alam seperti proses terjadinya petir dan lain-lain. Salah satu fenomena alam
yang ternyata ada kaitannya dengan kelistrikan dan kemagnetan adalah fenomena
aurora yang menakjubkan, yang biasanya terjadi di daerah kutub. Oleh karena
itu, pada makalah ini penulis tertarik untuk membahas mengenai apa itu aurora,
siapa yang menemukannya, kapan terjadinya, proses terbentuknya dan menjelaskan
mengapa dalam penampakannya, aurora tampak seperti tabir yang memanjang,
memijar, gemerlap, dan berombak dalam sejumlah warna.
Pembahasan
Aurora adalah cahaya
warna-warni yang bergerak di langit yang
dihasilkan oleh atom atau ion-ion atmosfer bumi
saat memancarkan foton hasil tumbukannya dengan muatan-muatan yang datang dari langit.
Aurora pernah dianggap sebagai cahaya matahari yang
dipantulkan oleh kristal es di langit, akan tetapi pada tahun 1888 Anders Jonas
Angstrom menunjukkan perbedaannya dari cahaya matahari karena banyak panjang
gelombang yang ada pada cahaya matahari tidak muncul dalam cahaya aurora.
Gambar 1. Magnetosfer Bumi. Angin matahari mengekang medan magnetik
bumi menjadi zona berbentuk komet dengan planet kita sebagai intinya. Jarak
antara bumi dan sisi matahari magnetosfer ialah kira-kira 10 kali jari-jari
bumi. Magnetosfer ditarik menjadi ekor yang sangat panjang (tidak
ditunjukkan) yang meregang sepanjang lebih dari 1000 kali jari-jari bumi
dari matahari (ke
kanan penggambaran di atas).
|
Aristoteles pada abad ke-4
sebelum masehi menyebut aurora sebagai chasmata atau “letusan yang terjadi di
langit”. Sebelum seorang ahli matematika sekaligus juga astronom dari prancis
yang bernama P. Gassendi pada awal abad ke-17 menyebutnya sebagai aurora
borealis atau cahaya utara setelah menyaksikannya di Perancis selatan pada
tanggal 12 September 1621. Namun, aurora tidak hanya terdapat di utara saja
sebab seorang penjelajah bangsa Inggris bernama James Cook mengamati peristiwa
ini juga berlangsung di belahan bumi selatan pada tanggal 19 Februari 1773. Ia
lalu menamakannya aurora australis atau cahaya selatan.
Aurora terjadi di daerah di sekitar kutub utara dan
kutub selatan. Beberapa tempat yang biasanya dapat menyaksikan aurora adalah
Denali National Park yang berada sedikit selatan dari lingkaran kutub utara dan
hanya beberapa jam dari Fairbanks, kota Yellowknife di Northwest Territories
Kanada, Murmansk di kota Peninsula di Rusia, Kangerlussuaq di Greenland, South
Pole di Antarctica, Tromso di Norwegia, Tasmania di Australia, Stewart Island
di New Zealand, South Georgia Island dan Ushuaia di Argentina.
Aurora sering kali terjadi antara bulan Maret-April
dan Agustus-September-Oktober saat periode aktivitas bercak matahari yang
tinggi pada lapisan terluar atmosfer
matahari, yang disebut korona, yang terdiri atas gas (terutama hidrogen) yang begitu
panas, sehingga atom-atom yang netral secara listrik terurai menjadi ion positif
(sebagian besar proton) dan elektron. Sehingga angin matahari, yang mengalir dari korona, yang
merupakan plasma panas partikel bermuatan ini, membesar
dan bergerak dengan kecepatan antara 300 hingga 1000
km/detik ke segala arah dalam sistem surya.
Pada jarak kira-kira 10 kali jari-jari bumi dari
permukaan planet kita ini, kekuatan medan magnetik bumi (3 x 10-4 G = 3 x 10-8
T) sama dengan kekuatan medan magnetik matahari
yang diregang oleh angin matahari tadi. Kedua medan magnetik ini saling
berhubungan pada batas magnetosfer yang
menyerupai komet tersebut. Di sinilah
partikel bermuatan dalam angin matahari berhembus melalui medan yang saling
berhubungan tadi. Gerak
ini ekivalen dengan gerak konduktor listrik melalui medan magnetik.
Jika
sudut pandangnya adalah dari matahari
ke bumi, sekumpulan proton dalam angin matahari
akan tampak disimpangkan (oleh gaya ev
x B) ke kiri dan elektron disimpangkan ke kanan
kira-kira dengan gaya sebesar (1,6 x 10-19 C) (3 x 10-1
m/s) x (3 x 10-8 T) = 14,4 x 10-28
N. Magnetosfer yang penuh dengan plasma, membuat muatan bergerak menurun secara spiral pada garis-garis medan
magnetik, ke ionosfer (lapisan pengkonduksi listrik atmosfer), melalui ionosfer
ke daerah kutub. Muatan tersebut bertabrakan dengan atom-atom dan molekul dalam
atmosfer, mengeksitasi mereka serta menyebabkan atom dan molekul ini
memancarkan cahaya.
Dalam
penampakannya, aurora tampak seperti tabir yang memanjang, memijar, gemerlap, dan berombak dalam
sejumlah warna. Tepi bawah tabir berada pada ketinggian 100 km dan tepi atasnya
dapat membentang hingga 1000 km di atas permukaan bumi. Batas bawah tabir aurora
ditentukan oleh kedalaman penerobosan elektron yang membawa arus. Tubrukan
dengan atom dan molekul dalam atmosfer atas menghancurkan banyak energi
elektron pada saat atom dan molekul tersebut turun ke ketinggian kira-kira 100
km di atas bumi. Jadi, tinggal sedikit yang turun lebih rendah.
Ada dua
faktor yang dapat menjelaskan keragaman warna aurora, yaitu: pertama, warna yang dihasilkan oleh proses lecutan
listrik beragam dari gas ke gas dan dengan energi elektron yang menghasilkan
eksitasi. Kedua, komposisi kimiawi atmosfer berbeda dengan ketinggiannya.
Faktor-faktor tersebut secara bersama-sama menjelaskan keragaman warna aurora. Di
ionosfer, atmosfer sebagian besar terdiri atas atom oksigen, yang dihasilkan
apabila energi dari cahaya ultraviolet matahari memisahkan molekul O2.
Apabila atom oksigen tereksitasi, cahaya putih kehijau-hijauan dipancarkan
(warna aurora yang paling lazim).
Elektron yang lebih tinggi energinya mampu menerobos
lebih dalam ke atmosfer, dan bertabrakan dengan molekul nitrogen netral, yang
menghasilkan aurora dengan batas merah-violet atau merah muda dan tepi yang
berombak. Molekul nitrogen yang terionkan menghasilkan cahaya biru-violet.
Cahaya tampak hanya sebagian kecil dari pancaran aurora, radiasi sinar-x,
ultraviolet, dan inframerah juga dihasilkan oleh aurora.
Untuk memahami pergerakan yang diamati dalam
penampakan tersebut, kita dapat memperhatikan sebuah analogi dengan bayangan yang dihasilkan oleh layar
sinar tabung-katode, seperti pada layar kaca televisi. Layarnya bersesuaian
dengan atmosfer bagian atas. Lapisan di bagian belakang layar kaca ini
memancarkan cahaya apabila berkas elektron dari senapan elektron menumbuknya. Cahaya ini terlihat dari bagian depan layar sebagai
bayangan.
Serupa halnya seperti yang baru saja diuraikan,
ionosfer akan berpendar apabila ionosfer ini ditabrak oleh muatan-muatan. Persis seperti titik akibat tabrakan berkas elektron
pada tabung sinar katode yang dapat berubah, yang menyebabkan gerakan bayangan pada layar, begitu
pula halnya dengan muatan-muatan dalam fenomena aurora yang dapat bergeser secara cepat, yang menyebabkan tabir
aurora bergerak, sering begitu kuatnya.
Dalam hal tabung sinar katode maupun aurora,
perubahan medan magnetik dan/atau medan listrik memodulasi perilaku berkas
elektronnya. Jadi bukan gerakan atmosfer yang menyebabkan gerak tabir aurora tersebut.
Hasil Refleksi tentang makna yang tersirat
Fenomena aurora selalu didahului oleh badai matahari.
Kita telah mengetahui bagaimana cara bumi melindungi kita dari hal-hal yang
berbahaya dan tetap meloloskan apa-apa yang berguna bagi kita, yaitu cahaya.
Saya memikirkan sebuah filosofi dari fenomena ini bahwa dalam kehidupan ini
seringkali kita harus menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan terlebih
dahulu dan tetap bertahan dalam kondisi yang demikian seperti
bumi yang menghadapi badai matahari, untuk dapat menerima hal-hal yang
menakjubkan kemudian seperti fenomena aurora.
Hasil Refleksi tentang Manfaat
Fenomena
alam aurora hanya mungkin terjadi saat badai matahari sampai ke bumi. Tingkat
intensitas cahaya aurora berbading lurus dengan besarnya badai matahari
tersebut. Ada baiknya kita mulai memikirkan bagaimana memanfaatkan
muatan-muatan dari badai matahari yang masuk ke bumi sebagai pembangkit listrik
atau yang lainnya sehingga dapat mengurangi efek rumah kaca yang ditimbulkan
oleh pembangkit listrik yang umumnya digunakan saat ini yang biasanya
menggunakan minyak bumi untuk menggerakkan generator, karena muatan-muatan
tersebut tersedia gratis di alam. Dan dengan mempelajarinya, kita dapat
menambah pengetahuan baru serta merefleksikan makna apa yang tersirat dibalik
fenomena ini.
Hasil Refleksi tentang Risiko
Badai matahari yang datang ke bumi dapat mempengaruhi
sistem telekomunikasi, navigasi serta informasi dikarenakan satelit terganggu
saat badai berlangsung. Ini adalah konsekuensi yang kita terima untuk bisa
menyaksikan fenomena alam yang menakjubkan yaitu aurora.
Niat Konkret Demi Kepentingan Umum
Dari penulisan makalah ini, kita mendapatkan
pengalaman mengkaji suatu fenomena alam dengan menghubungkannya dengan
konsep-konsep kelistrikan dan kemagnetan. Hal ini membuat materi tersebut lebih
menarik untuk dipelajari. Oleh karena itu, penulis yang juga adalah seseorang
yang akan berkecimpung dalam dunia pendidikan berniat mengembangkan cara
berpikir pendidik dan siswa yang demikian.
Kesimpulan
Dari uraian di atas, kita telah memiliki sedikit
pemahaman tentang aurora, yaitu tentang apa itu aurora,
siapa yang menemukannya, kapan terjadinya, proses terbentuknya dan menjelaskan
mengapa dalam penampakannya, aurora tampak seperti tabir yang memanjang, memijar, gemerlap, dan
berombak dalam sejumlah warna. Tantangan di awal abad ke 21 ini adalah terus
memajukan pemahaman kita tentang bagaimana cara memanfaatkan fenomena ini untuk
kualitas hidup yang lebih baik.
Rujukan
- Tipler. 2001. Fisika Untuk Sains
dan Teknik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
- http://www.gomuda.com/2012/12/aurora-dan-10-tempat-terjadinya-aurora.html
- http://books.google.co.id/books?id=bxtfATnUhH8C&pg=PA97&dq=aurora+borealis&hl=id&sa=X&ei=Y32cUdCGLIztrQe17IHgCg&redir_esc=y#v=onepage&q=aurora%20borealis&f=false
- http://books.google.co.id/books?id=0ll2FcERGa8C&pg=PA100&dq=aurora+borealis&hl=id&sa=X&ei=pH2cUYmdEcqlrQfYkoD4AQ&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false